Dongeng – Putri Senaya Yang Pandai

Dahulu kala, hiduplah Raja Ronas yang adil dan bijaksana. Ia memiliki seorang putri cantik bernama Senaya. Sejak kecil, Putri Senaya suka belajar dan membaca buku. Ia tumbuh menjadi putri yang cerdas.

Putri Senaya memiliki dua hewan peliharaan. Seekor anjing hutan besar bernama Argo dan seekor kera kecil bernama Kima. Putri Senaya sangat menyayangi kedua hewan peliharaannya yang cerdas itu.

Pada suatu hari, kerajaan mereka diserang oleh kerajaan lain. Kerajaan itu diperintah Pangeran Lorka yang bengis dan suka berperang. Karena jumlah pasukan Pangeran Lorka jauh lebih besar, Raja Ronas menderita kekalahan. Ia ditawan di sebuah gua yang gelap. Jalan menuju gua itu gelap dan berliku-liku. Di gua itu ada sekawan semut beracun dan dua ekor kera besar yang buas. Tidak seorang pun bisa keluar dengan selamat bila sudah masuk ke gua itu.

Pangeran Lorka yang jahat terpesona dengan kecantikan Putri Senaya. Ia ingin memperistri Putri Senaya. Tentu saja Putri Senaya tak mau. Tapi ia harus mencari akal untuk menolaknya. Sebab jika langsung menolak, Pangeran Lorka tentu akan membunuhnya. Putri Senaya akhirnya berkata,
“Pangeran Lorka, aku tahu kau sangat pemberani dan pandai!”
“Ha, ha, ha, tentu saja! Aku Pangeran terhebat di dunia. Itu sebabnya kau harus menjadi istriku!” kata Pangeran Lorka congkak.
“Tentu saja, Pangeran. Tapi, syaratnya, anda harus membebaskan ayah saya dulu. Harus anda sendiri, tanpa bantuan prajurid!” ujar Putri Senaya cerdik.
“Ha, ha, ha, itu syarat yang mudah!” Pangeran Lorka tertawa pongah menerima tantangan Putri Senaya.

Keesokan harinya, Pangeran Lorka berangkat menuju gua itu. Ia membawa benang yang sangat panjang dan senjata untuk membunuh kera yang buas. Ia memakai sepatu dari karet agar langkahnya tak terdengar. Putri Senaya yang ikut bersamanya membawa sekantong madu di tangannya. Ketika Pangeran Lorka memasuki gua, diam-diam Putri Senaya mengoleskan beberapa tetes madu ke baju Pangeran Lorka.

Pangeran Lorka masuk ke gua sambil mengulurkan benang yang diikat ke pohon. Dengan demikian, ia tidak akan tersesat dan bisa keluar dari gua itu, pikirnya. Setelah beberapa lama, Putri Senaya memotong benang tersebut, lalu kembali ke istana.

Di dalam gua, Pangeran Lorka tidak sadar benang yang dibawanya sudah putus. Ketika melewati sarang semut ganas, ia berjalan pelan-pelan agar tidak mengganggu kawanan semut itu. Sepatu karetnya tidak menimbulkan bunyi saat melangkah. Tetapi rupanya semut-semut itu mencium bau madu yang dioleskan di bajunya. Semut-semut itu langsung menyerbu Pangeran Lorka. Pangeran jahat itu kelabakan. Ia lari tunggang-langgang mencari jalan keluar. Namun tidak bisa karena benangnya telah putus. Sementara itu, semut-semut itu terus mengikutinya.

Setelah beberapa saat, Pangeran Lorka akhirnya bisa menemukan jalan keluar. Namun ia sudah sangat lusuh dan malu. Pangeran Lorka akhirnya pergi ke tempat jauh, dan tak berani kembali lagi.

Putri Senaya menunggu di istana. Keesokan harinya, Pangeran Lorka tidak kembali. Putri Senaya yakin, Pangeran itu tentu telah jera dan malu untuk kembali. Ia pun berangkat ke gua bersama Argo dan Kima. Putri Senaya membawa dua kantung gula, dua sisir pisang, seikat anggur dan sedikit minyak tanah.

Sebelum memasuki gua, Putri Senaya membasahi ujung gaunnya yang panjang dengan minyak tanah. Waktu ia berjalan di gua, ujung gaun itu menyentuh lantai gua dan meninggalkan bau minyak tanah di lantai. Argo dan Kima mengikuti langkahnya.

Putri Senaya melewati tempat semut-semut yang ganas. Ketika semut-semut itu hendak menyerangnya, mereka mundur ketika mencium bau minyak tanah. Putri Senaya melemparkan sekantung gula ke dekat dinding gua. Semut-semut itu pun langsung menyerbu gula tanpa menghiraukan Putri Senaya lagi.

Putri Senaya melanjutkan langkahnya. Beberapa saat kemudian, terdengar suara mengeram yang keras sekali. Dan tiba-tiba, beberapa meter di depannya berdiri dua ekor kera besar yang siap menerkamnya. Kima bersembunyi ketakutan. Argo menggeram. Ia siap bertarung untuk melindungi Putri Senaya. Tapi Putri Senaya berkata, “Diam Argo!”

Putri Senaya mengeluarkan dua sisir pisang dan anggur yang dibawanya ke arah kera-kera itu. Kera-kera itu langsung memakannya tanpa menghiraukan Putri Senaya lagi. Putri Senaya melajutkan perjalanannya. Sampai akhirnya mereka tiba di suatu tempat yang lapang.

Di tempat itu ada sebuah pintu yang terkunci. Di situlah Raja Ronas ditawan. Kunci pintu itu tergantung di tempat yang tinggi di atas dinding. Putri Senaya meninta Kima mengambilkannya. Dengan lincah Kima memanjat dinding gua, mengambil kunci itu.

Raja Ronas terkejut sekali ketika melihat putrinya sendiri yang membebaskannya.
“Anakku!” serunya. “Bagaimana mungkin kau bisa masuk kemari? Dan bagaimana kita nanti bisa keluar lagi?” katanya cemas.
“Tenanglah, Ayah!” ujar Putri Senaya. “Argo, cepat ikuti bau minyak tanah di lantai!” perintahnya kemudian.

Argo mengerti kata-kata majikannya. Ia mengendus-endus, mengikuti bau minyak tanah yang ditinggalkan ujung gaun putri Senaya tadi. Ketika melewati dua ekor kera buas tadi, Raja Ronas dan Putri Senaya tersenyum. Kedua kera itu tertidur kekenyangan dan mabuk oleh pisang dan anggur tadi. Dan saat melewati kawanan semut ganas, Putri Senaya melemparkan kantung gula yang kedua.

Akhirnya mereka semua tiba di istana dengan selamat. Raja Ronas kembali memerintah negerinya dengan bijaksana. Ia sangat bangga mempunyai seorang putri yang pandai dan cerdik seperti Putri Senaya.

(SELESAI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar