Dongeng – Pangeran Bungsu dan Putri Laut

Dongeng dari Tionghoa.

Di tiongkok ada seorang raja yang memiliki delapan orang pangeran. Raja kini semakin tua dan sudah saatnya untuk menentukan penerusnya. Namun raja belum bisa memutuskan siapakah diantara kedelapan putranya yang berhak, karena semuanya sangat pandai dan terlatih.

Akhirnya dia memutuskan untuk menyuruh putra-putranya berkelana selama tiga tahun untuk mencari ilmu yang istimewa. Dengan dibekali emas dan uang, kedelapan putra raja tersebut berangkat meninggalkan istana. Mereka berpencar dan berdandan layaknya rakyat biasa. Semuanya bertujuan untuk mencari ilmu yang paling pantas bagi raja penerus tahta.

Tiga tahun kemudian, mereka semua kembali ke istana dan tampaknya sangat yakin dengan ilmu yang mereka pelajari. Kini tiba saatnya mereka menceritakan pengalaman dan ilmu apa yang telah mereka dapatkan.

“Aku belajar pada tukang kayu ayah, dan kini aku sangat ahli membuat perabotan yang sangat indah!” kata pangeran satu.
“Ilmuku adalah membuat ratusan jenis makanan lezat ayah!” kata pangeran dua.

Semua pangeran menjelaskan ilmunya satu persatu, hingga tinggalah pangeran delapan.
“Nah apa keahlian yang kau dapatkan Bungsu?” tanya raja.
“Aku pandai menggesek rebab ayah! Aku berguru pada seorang seniman terkenal,” kata pangeran bungsu.
“Apa! Menggesek rebab? Bagaimana bisa kau berpikir bahwa seorang raja pantas menggesek rebab. Kamu sungguh mengecewakan!” bentak raja.

Pangeran bungsu kecewa mendengar kata-kata ayahnya, maka dia memutuskan untuk pergi dari istana dengan membawa rebab kesayangannya.

Sepanjang perjalanan, pangeran bungsu menggesek rebabnya untuk mengusir kesedihannya. Alunan rebabnya sangat indah dan merdu, sehingga semua makhluk yang mendengarnya merasa terlena.

Suatu hari yang indah, pangeran bungsu beristirahat di pinggir pantai. Dia mengalunkan lagu-lagu sendu lewat gesekan rebabnya. Tanpa disadarinya seorang kakek tua telah berdiri di hadapannya. Dengan lembut dia menyapa pangeran.
“Anak muda, lagumu sangat indah dan merdu. Tuan putri telah mendengar lagu anda dan sangat ingin bertemu dengan anda. Beliau ingin anda menjadi gurunya. Bersediakah anda?”
“Dimanakah kerajaan kalian?” tanya pangeran.
“Di dasar laut,” kata kakek tua.
“Bagaimana aku bisa kesana?” kata pangeran keheranan.
“Tenang saja. Pejamkan matamu!” katanya.

WUZZ! Angin dingin menyelimuti pangeran bungsu saat dia memejamkan mata. Dan ketika dia membuka matanya, dia telah berada di sebuah istana yang keindahannya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Dindingnya dipenuhi kerang dan batu permata berwarna-warni. Pilarnya dari untaian mutiara. Dan lantainya bersinar seperti kaca.

Kedatangannya disambut gembira oleh raja laut dan putrinya. Mereka menjamu dan memintanya untuk tinggal selamanya di istana. Namun pangeran menolak, namun dia berjanji akan tinggal dan mengajari putri laut selama tiga tahun.

Tidak terasa tiga tahun pun berlalu. Putri laut telah mahir memainkan rebabnya. Kini tiba saatnya pangeran bungsu untuk pulang kembali ke daratan.

“Guru, jika besok ayah menawarimu hadiah, mintalah vas bunga emas di atas pungung dewa kura itu,” kata putri laut.
“Kenapa?” tanya pangeran.
“Karena vas itu bisa mengabulkan semua permintaan guru. Cukup bisikan keinginanmu di depannya, maka dalam sekejap keinginanmu akan terwujud!” jelasnya.

Maka saat raja laut memintanya untuk memilih hadiah, pangeran meminta vas bunga tersebut.
“Anak muda, sayang sekali vas ini tidak bisa diberikan kepada orang lain karena ini pusaka keluarga. Tapi karena aku sudah berjanji untuk memenuhi keinginannmu maka aku akan meminjamkannya kepadamu selama tiga tahun. Setelah itu aku akan mengambilnya kembali.” Kata raja laut.

Pangeran bungsu pun diantar kembali ke darat. Kemudian dia memutuskan untuk meminta istana yang mirip dengan istana raja laut beserta hewan ternak yang banyak. Dibisikannya keinginannya di depan vas bunga tersebut. Dalam sekejap di depannya berdiri istana yang sangat megah dan serupa dengan istana raja laut lengkap dengan pekerja dan hewan ternak yang banyak. Sejak itu pangeran bungsu tinggal di istananya.

Para nelayan yang sering melewati istana pangeran bungsu membawa berita kemegahan istana itu ke pasar, lalu menyebar ke kota hingga akhirnya terdengar oleh raja, ayah pangeran. Dia tidak senang ada orang lain yang menyaingi kemegahan istananya. Lalu dengan didampingi para prajuritnya dia mendatangi istana pangeran bungsu.

Alangkah terkejutnya raja, ketika yang menyambutnya di istana megah itu tiada lain adalah putra bungsunya.
“Bagaimana kau bisa membangun istana semegah ini?” tanya raja.
“Oh, aku memperolehnya dari upah menggesek rebab ayah” kata pangeran.

Ayah pangeran adalah raja yang tamak. Dia meminta pangeran bungsu untuk menukar istananya. Ternyata pangeran menyetujuinya.

Sejak itu raja tinggal di istana megah dan pangeran kembali ke istana lamanya. Karena raja tidak lagi memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, maka pangeran bungsu mengambil alih kendali sehingga rakyat kembali hidup makmur. Pangeran sangat disukai rakyat karena dia pemimpin yang adil dan bijaksana, demikian pula para pejabat menilainya sangat cekatan, dan pandai.

Suatu hari, tiga tahun kemudian, raja terbangun dan mendapati dirinya tidur di atas rumpu dan bukannya di kasur empuk yang semalam ditidurinya. Dengan ketakutan, raja berlari menuju istana lamanya dan mengadukan hal tersebut kepada pangeran bungsu.

Pangeran bungsu lalu teringat akan janjinya kepada raja laut, dan tahulah ia bahwa raja laut telah mengambil kemabli pusakanya. Dia tidak memberitahukan hal itu kepada ayahnya, sebaliknya dia menasihati ayahnya untuk memperbaiki sikapnya yang selalu memandang rendah orang lain dan serakah.

Raja bukannya sadar, sebaliknya dia meminta agar pangeran bungsu mengembalikan tahtanya. Namun rakyat dan para pejabat yang tidak senang dengan raja menolak dan menentang raja. Akhirnya raja menyerah. Pangeran bungsu yang baik hati mengijinkan ayahnya dan ketujuh saudaranya untuk tetap tinggal di istana dan hidup bersama.

(SELESAI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar